Berikut ini Liputan69.com akan dijelaskan tentang stroke secara lebih mendalam, karena
kelainan ini telah begitu umum terjadi di sekitar kita. Stroke
merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia.
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tib-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran
darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan
atau mematikan. Kematian jaringan sel-sel saraf di otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke
adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak
negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan,
kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya,
hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun
belakangan ini makin populer istilah serangan otak. Istilah ini
berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, "serangan jantung".
strok terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli.
Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.
Strok dibagi menjadi dua jenis yaitu strok iskemik maupun strok
hemorragik. Pada strok iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir
sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami strok jenis ini.
Stroke hemorragik
Pada strok hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. Hampir 70 persen kasus strok hemorrhagik terjadi pada
penderita hipertensi.
Stroke iskemik
Pada strok iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua
arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini
merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta).
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah
arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan
ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam
keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak
juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya.
Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral =
pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang
baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung
atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika
lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan
akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan
penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya
kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan
menyebabkan strok.
Tekanan darah rendah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa
terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini
terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena
cedera atau pembedahan, serangan jantung atau gangguan irama jantung.
Dilihat dan gejalanya, stroke terbagi menjadi tiga macam, yakni :
1. Stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam).
2. Stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu).
3. Stroke berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh
total, bahkan dalam beberapa bulan (tahun) bisa mengakibatkan kematian.
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke).
Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1 - 2
hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in
evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan
periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara
atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun
tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
- Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
- Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
- Penglihatan ganda.
- Pusing.
- Bicara tidak jelas (rero).
- Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
- Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
- Pergerakan yang tidak biasa.
- Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
- Ketidakseimbangan dan terjatuh.
- Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat
atau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya
menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan
untuk mengendalikan emosi.
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini
berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang
timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan
neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak
bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator
(RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah
diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan
darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan
perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke
dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan
antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika
telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki
aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan
fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke
ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko
terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien
mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita
stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita
stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu
bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu,
perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan
dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan
fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama
jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru.
Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati
(terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi
psikis.
Sumber : Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi